Rafael Benitez: Si Jenius yang Tidak Diinginkan

Rafael Benitez: Si Jenius yang Tidak Diinginkan

Rafael Benitez: Si Jenius yang Tidak Diinginkan - Kembali Lagi Pada Postingan Kali ini Blog Info-Kita.net Akan Berbagi Informasi Terbaru Khusus Buat Sobat semua yakninya tentang Rafael Benitez: Si Jenius yang Tidak Diinginkan, semoga bisa Bermanfaat ya Buat Sobat Semua.

Nama Roberto Di Matteo, meski hanya menangani Chelsea selama delapan bulan, akan abadi di benak para suporter sebagai salah satu manajer terbesar Chelsea sepanjang masa.

Ketika Di Matteo diberhentikan oleh Roman Abramovich pada November 2012 menyusul kekalahan 0-3 dari Juventus di Liga Champions, sebagian besar suporter Chelsea menentang. Memberhentikan seorang manajer yang sedang membawa tim Anda di posisi dua di liga adalah perbuatan konyol, bukan? Apalagi, langkah Chelsea di Liga Champions saat itu belum sepenuhnya tamat. Reaksi suporter Chelsea bertambah keras ketika mereka tahu siapa yang akan menjadi pengganti Di Matteo: Rafael Benitez.

Benitez jelas dibenci atas kiprah dan perilakunya ketika menangani Liverpool. Perseteruan sengit antara Liverpool dan Chelsea terutama di Liga Champions kala itu begitu membekas di benak suporter Chelsea. Lalu ketika nama Benitez dikedepankan untuk menjadi pelatih interim Chelsea, hanya ada satu kata: tolak.

Benitez tidak diinginkan di Chelsea. Ratusan spanduk yang menyuarakan penolakan dibentangkan di Stamford Bridge. Berbagai nyanyian anti-Benitez juga dikumandangkan beramai-ramai. Yang diinginkan suporter Chelsea adalah Roberto Di Matteo, bukan Rafael Benitez. Mereka ingin dilatih oleh pahlawan mereka, bukan oleh orang yang dulu kerap mencerca klub kesayangan.

Atas semua itu, Benitez bergeming. Ia boleh saja tidak disukai, tetapi ia melihat Chelsea sebagai peluang.

Setelah hengkang dari Liverpool pada 2010, Benitez hijrah ke Italia untuk menangani Internazionale yang baru saja menjuarai Liga Champions dan ditinggal Jose Mourinho ke Real Madrid.

Benitez gagal di Internazionale, meski sempat mempersembahkan gelar Piala Super Italia dan Piala Dunia Antarklub. Performa Internazionale di bawah Benitez secara umum tidak memuaskan. Peringkat di liga dan kiprah di Liga Champions menjadi alasan Massimo Moratti memecat Benitez.

Setelah dipecat Internazionale, Benitez menganggur selama dua tahun. Banyak yang melihat bahwa kemampuan Benitez sudah habis mengingat setelah meninggalkan Internazionale, tidak ada satu klub pun yang tertarik memakai jasanya. Lalu datanglah Chelsea, sebuah tim dengan potensi daya ledak tinggi. Benitez mengiyakan tawaran Chelsea meskipun hanya berstatus manajer interim.

Di akhir musim, Benitez menjadi sosok yang tersenyum paling lebar. Gelar juara Liga Europa jelas menjadi CV penting Benitez dalam membangun ulang karirnya. Meski hanya berhasil mengamankan satu gelar, Benitez berhasil menunjukkan bahwa ialah sang jenius.

Benitez melakukan beberapa perubahan di Chelsea. Pertama, ia memaksimalkan peran Cesar Azpilicueta. Dengan memaksimalkan Azpilicueta di pos bek kanan sehingga Chelsea dapat bermain lebih cair dan cepat. Keberadaan Azpilicueta juga sangat cocok dengan karakter para gelandang serang Chelsea yang cepat dan kreatif. Azpilicueta punya imajinasi Latin yang tidak dimiliki Ivanovic.

Kedua, menjadikan David Luiz sebagai seorang gelandang bertahan. David Luiz memang bek yang buruk, tetapi ia adalah seorang pesepakbola yang baik. Benitez tahu betul akan hal ini dan ia meminta David Luiz bermain lebih ke tengah. David Luiz memiliki kemampuan olah bola, visi, dan akurasi umpan yang lumayan. Majunya David Luiz ke lini tengah membuat lini tengah Chelsea menjadi lebih solid terutama dalam situasi perebutan bola.

Ketiga, Benitez menempatkan Oscar sebagai gelandang serang kanan. Juan Mata didaulat sebagai pusat serangan sementara Oscar dan Eden Hazard mengapitnya dari kedua sisi. Oscar memiliki kelebihan tersendiri dalam kesadaran bertahan sehingga ia akan lebih berguna jika ditempatkan di pinggir. Ia bisa menghentikan laju serangan lawan yang diinisiasi dari sayap dengan kelebihannya ini.

Keempat, mengoptimalkan kembali Frank Lampard. Perubahan ini memiliki dua efek sekaligus, baik dari segi taktikal maupun dari segi moril.

Sudah bukan rahasia lagi jika Lampard adalah sosok yang memiliki pengaruh amat besar sebagai seorang pemain senior, bersama John Terry, Petr Cech, dan Ashley Cole. Andre Villas-Boas dan Roberto Di Matteo sudah merasakan sendiri tidak nyamannya ruang ganti Chelsea dengan mengesampingkan Lampard.

Kelima, mengembalikan lagi kepercayaan diri Fernando Torres. Kedatangan Demba Ba di bursa transfer Januari lalu ternyata membuat Torres termotivasi. Torres dibuatnya menjadi pahlawan di Final Liga Europa dengan mencetak salah satu gol kemenangan. Koneksi Benitez-Torres yang dulu mekar di Liverpool mampu dihidupkannya lagi meskipun bagi beberapa orang, Fernando Torres tetaplah pembelian gagal yang membuang terlalu banyak uang.

Terakhir, kemampuan Benitez melakukan pergantian dengan tepat. Pergantian pemainnya ketika menghadapi Manchester United di leg pertama perempat final Piala FA menunjukkan bahwa ia memang jenius. Melihat pertahanan Manchester United sudah kocar-kacir dan tidak fokus setelah unggul dua gol, Benitez memasukkan Ramires dan Eden Hazard. Kedua pemain ini terbukti mampu menguras energi para pemain bertahan Manchester United. Ramires dan Hazard sendiri akhirnya mampu mencetak dua gol penyama kedudukan yang memaksa Manchester United melakoni laga ulangan � yang akhirnya dimenangi Chelsea lewat gol Demba Ba.

Terlepas dari semua perubahan tersebut, keunggulan utama Benitez adalah profesionalisme. Ia tak peduli akan cercaan dan makian para suporter. Yang ia tahu, ia memiliki tugas melatih Chelsea hingga akhir musim dengan empat target trofi tersisa, yakni Piala Dunia Antarklub, Piala FA, Piala Liga, dan Liga Europa. Ia hanya meraih satu trofi, tetapi dapat dikatakan bahwa satu-satunya trofi yang ia raih tersebut adalah trofi yang paling bergengsi di antara semuanya.

Pada akhirnya, memang Benitez yang tersenyum. Kini, setelah statusnya sebagai pelatih interim tidak ditingkatkan sebagai pelatih tetap, ia langsung mendapat tawaran dari juara dua Serie A, Napoli. Sebuah tim ambisius yang setiap musim kualitasnya selalu meningkat. Benitez menerima tawaran itu.

Benitez sukses besar di Chelsea karena tujuan utamanya di Chelsea adalah merestorasi kembali karirnya dan kini, ia berhasil meraih apa yang ia inginkan.

By Chika Imut

Sumber

Demikianlah informasi yang dapat Info-Kita.net sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel Rafael Benitez: Si Jenius yang Tidak Diinginkan