Dominasi Juventus dan Restorasi Serie A

Dominasi Juventus dan Restorasi Serie A

Dominasi Juventus dan Restorasi Serie A - Kembali Lagi Pada Postingan Kali ini Blog Info-Kita.net Akan Berbagi Informasi Terbaru Khusus Buat Sobat semua yakninya tentang Dominasi Juventus dan Restorasi Serie A, semoga bisa Bermanfaat ya Buat Sobat Semua.

Dalam sebuah wawancara, mantan gelandang AC Milan yang kini memperkuat Botafogo, Clarence Seedorf, dengan yakin mengatakan bahwa Juventus bisa saja menjadi juara Serie A untuk lima musim berturut-turut.

Di tempat lain, penyerang bengal Internazionale, Antonio Cassano mengiyakan ucapan Seedorf: ia mengatakan, mematahkan dominasi Juventus di Serie A akan menjadi pekerjaan yang sangat sulut mengingat Juventus akan terus-menerus berkembang.

Juventus dalam dua musim terakhir menunjukkan mereka berbeda level dengan klub-klub Serie A lain. Bahkan, klub sekelas AC Milan dan Napoli pun harus mengakui bahwa Juventus berada setingkat di atas mereka saat ini.

Juventus unggul segalanya, mulai dari kekuatan dan kedalaman skuat sampai urusan finansial.

Usai Calciopoli 2006, sepak bola Italia, khususnya Juventus memang mengalami masa sulit. Sepak bola Italia seperti terjebak dalam lingkaran setan. Ketika Calciopoli mencuat, banyak pemain-pemain bintang yang meninggalkan Serie A. Hal ini berimbas pada penurunan kualitas persepakbolaan secara keseluruhan, menurunnya animo penonton, hingga akhirnya pada penurunan pendapatan klub. Krisis ekonomi yang melanda Italia juga turut memperkeruh permasalahan.

Sejak 2011, Juventus berusaha memimpin kebangkitan kembali sepak bola Italia. Ada tiga hal penting kala itu yang menunjukkan bahwa Juventus memang layak menjadi lokomotif dari gerbong restorasi Serie A. Pertama, pembukaan Juventus Stadium. Kepemilikan stadion pribadi menunjukkan bahwa Juventus paling siap berbenah dan bergerak menuju era baru.

Mengadopsi gaya stadion Inggris (dengan jarak penonton-lapangan sangat dekat) membuat stadion ini nyaman. Stadion baru ini juga berpengaruh di aspek finansial. Pendapatan dari tiket penonton tentunya tidak perlu dibagi dengan pemerintah setempat seperti ketika mereka menghuni Stadion Communale dan Delle Alpi. Satu hal lagi. Di komplek stadion ini dibangun juga Juventus Museum yang secara moril mampu menanamkan karakter kebesaran Juventus yang seakan-akan lenyap sejak 2006.

Kedua, kemenangan Juve atas FC Bayern Muenchen dalam memperebutkan Arturo Vidal dari Bayer Leverkusen. Ketika seorang pemain yang diincar klub sekelas FC Bayern masih percaya pada Serie A, itu artinya memang ada sesuatu yang masih menjanjikan di Italia. Terakhir, penunjukkan Antonio Conte sebagai pelatih. Conte sebagai mantan kapten Juventus memiliki satu kriteria yang sulit untuk disamai pelatih lain: semangat grinta. Conte adalah orang yang tepat karena ia tahu seperti apa Juventus dan harus dibawa ke mana Juventus.

Hasilnya memang luar biasa: 49 kali tidak terkalahkan di liga menunjukkan, Juve memang sudah sukses menjadi Juve yang dulu disegani di Serie A.

Faktor Giuseppe Marotta sebagai transfer guru juga memegang peranan penting di sini. Meskipun awalnya kerap menuai kritik, Marotta menunjukkan bahwa ia tidak kalah kelas dibanding Luciano Moggi. Marotta berhasil membereskan kekacauan transfer yang terjadi di bawah Alessio Secco.

Satu faktor yang tak kalah pentingnya adalah kembalinya sosok Agnelli di tampuk kepemimpinan Juventus. Nama Agnelli secara bawah sadar mampu memberikan suntikan energi tersendiri bagi Juventus, sekaligus menggetarkan lawan-lawannya.

Lantas bagaimana dengan tim-tim Serie A lainnya?

Untuk diadu dengan kekuatan-kekuatan sepak bola Eropa lain, apalagi dengan munculnya tren klub kaya baru yang didanai para sugar daddy, klub-klub Italia akan terlihat seperti liliput. Eksodus yang dilakukan oleh bintang-bintang seperti Thiago Silva, Zlatan Ibrahimovic, Ezequiel Lavezzi, Matija Nastasic, bahkan Marco Verratti seakan menunjukkan bahwa tim-tim Serie A tak lagi menjanjikan bagi nama-nama besar tersebut.

Akan tetapi justru di situ poinnya. Itulah hal terbaik yang bisa dilakukan klub-klub Italia saat ini untuk merestorasi sepak bola secara menyeluruh. Sepak bola Italia memang mau tidak mau harus beradaptasi dengan situasi saat ini.

Jika dulu mereka adalah tanah yang dijanjikan bagi para pesepakbola kelas dunia, kini mereka harus menjadi produsen atau batu loncatan bagi pemain-pemain tersebut. Serie A, mau tak mau, suka tak suka, saat ini bukan menjadi tujuan akhir, melainkan persinggahan saja.

Ada banyak bintang potensial yang saat ini berlaga di Serie A, seperti Stephan El Shaarawy, Luis Muriel, Juan Pablo Quintero, Adem Ljajic, Stevan Jovetic, Mateo Kovacic, dan Marquinhos. Sulit membayangkan jika semua pemain itu akan bertahan di Serie A sampai ujung karir mereka kelak.

Kemungkinan terbaik klub-klub Serie A adalah mempertahankan mereka sampai usia emas untuk kemudian menjualnya dengan harga selangit ke klub-klub kaya di luar sana.

Apabila dilakukan dengan cara yang benar dan berkesinambungan, bisnis macam ini bisa saja membawa Serie A kembali menjadi liga tujuan utama bintang-bintang besar.

Pembenahan finansial klub-klub Serie A bisa dimulai dari titik ini. Oleh karena itu, pembenahan pertama yang harus dilakukan adalah pembenahan finansial.

Untuk memiliki stadion sendiri, mungkin masih akan menjadi barang langka bagi klub-klub Italia, mengingat birokrasi yang berbelit-belit. Sejauh ini, baru AS Roma, Cagliari, Palermo, dan Internazionale yang memiliki rencana membangun stadion pribadi. Namun, itu semua masih sebatas wacana, sehingga kemungkinan bisnis terbaik mereka saat ini adalah bisnis "mengasuh" pemain.

Dalam usaha restorasi ini, sepak bola Italia akan bergantung pada kiprah jagoan-jagoan mereka di kompetisi Eropa. Dalam konteks pembicaraan ini, Juventus dan AC Milan akan menjadi harapan terbesar Italia di Liga Champions.

Coret dulu Napoli, mengingat mereka masih minim pengalaman di Eropa, walaupun tentunya mereka berpotensi mengejutkan.

Di Liga Europa, kiprah Fiorentina dan Lazio akan menjadi fokus. Udinese? Seperti yang sudah-sudah, skuat mereka rentan digerogoti oleh tim-tim lain sehingga akan sulit untuk mengharapkan keniscayaan dari mereka.

Kompetisi Eropa adalah etalase bagi liga domestik. Kiprah klub-klub sebuah liga di kompetisi Eropa mencerminkan kondisi kompetisi domestik. Serie A saat ini memang bukan liga terbaik seperti dulu, akan tetapi yang terpenting adalah mereka sadar bahwa mereka bukan lagi liga terbaik dan mereka tahu apa yang mereka lakukan untuk menyiasati situasi sulit ini.

Liga Italia bukannya tidak bermutu. Tetapi, sepak bola Italia saat ini sedang mengalami restorasi dan restorasi total tentu memakan waktu.

By Chika Imut

Sumber

Demikianlah informasi yang dapat Info-Kita.net sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel Dominasi Juventus dan Restorasi Serie A