Kisah Sukses Dari Institut Pertambangan Nemangkawi

Kisah Sukses Dari Institut Pertambangan Nemangkawi

Kisah Sukses Dari Institut Pertambangan Nemangkawi - Kembali Lagi Pada Postingan Kali ini Blog Info-Kita.net Akan Berbagi Informasi Terbaru Khusus Buat Sobat semua yakninya tentang Kisah Sukses Dari Institut Pertambangan Nemangkawi, semoga bisa Bermanfaat ya Buat Sobat Semua.

Mata Elias Bidaugi Pigome atau lebih sering dipanggil dengan singkatan namanya yaitu EPI, berbinar-binar. Saat itu harapannya melambung tinggi. Perasaan haru dan bangga bercampur dalam hatinya ketika namanya masuk dalam daftar sebagai kandidatPre-Apprenticeship (pra-magang) di Institute Pertambangan Nemangkawi (IPN) milik PT Freeport Indonesia (PTFI).

EPI lantas teringat masa kecilnya di Debey, pedalaman Papua. Dia masih ingat bagaimana keinginannya untuk bersekolah begitu kuat ketika melihat anak-anak lain berangkat ke sekolah SD. Sementara saat itu, dia masih menggunakan koteka. Begitu memasuki usia sekolah, EPI meminta kepada ayahnya untuk disekolahkan. Ayah dan ibunya setuju. Bahkan yang selalu dia ingat betul, di suatu hari bulan Juli 1990, ibunya pergi ke ibu kota Distrik Moanemani (sekarang ibu kota Kabupaten Dogiya) menempuh perjalanan selama dua malam hanya untuk membeli baju, celana, buku dan bolpen. Sungguh perjuangan berat yang tak akan pernah terlupakan bagi EPI.

Setelah lulus SMA Negeri 1 Mimika Timur, EPI diterima dalam program Pre-Apprenticeship di bidang administrasi. Setelah mengabdi sebagai Apprenticeship Administration selama beberapa tahun, salah satu putra asli Nemangkawi (Tujuh Suku) ini kemudian bekerja sebagai karyawan tetap di PTFI. Tahun 2007 EPI dapat melanjutkan pendidikan di Teknik Geologi Universitas Trisakti atas beasiswa PTFI dan awal Mei 2013 lalu, salah satu putra asli Nemangkawi (tujuh suku) ini diwisuda.

EPI sangat bersyukur bisa bekerja di PTFI. Tanpa IPN , dia mengaku, tak mungkin bisa menikmati pendidikan tinggi sekaligus bekerja di perusahaan besar. Kini, EPI bisa merangkai mimpi menuju masa depan yang lebih cerah.

Selain EPI, banyak kisah sukses pertumbuhan pribadi dan keberhasilan peserta magang yang berkembang melalui Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN), seperti Ance Pekey yang berasal dari Paniai, Papua. Ibu dari seorang putri ini menguasai program AutoCad karena dia adalah draftswoman Papua pertama di Departemen Central Shop PT Freeport Indonesia (PTFI). Bergabung dengan PTFI sebagai peserta magang di Institute Pertambangan Nemangkawi pada 2004. Setelah lulus, dia bekerja sebagai clerk, dan pada bulan April 2008, Ance menjadi asisten Draftsperson di Bengkel Fabrikasi Light Industrial Park (LIP).

Kini, Ance bertanggung jawab mempersiapkan hard copy gambar fabrikasi, menciptakan template untuk automated plate cutterdan mengarsipkan gambar-gambar. �Draftsperson menggunakan AutoCad untuk merancang template untuk berbagai itemfabrikasi. Kelompok kami menerima permintaan untuk template ini dari berbagai bagian, seperti Surface Mine, Mill danUnderground,� katanya.

Kompetensi Ance di bidangnya tak perlu diragukan lagi. Soal ini, Chief Designer LIP PTFI, Budiarto menyatakan, selama belajar sebagai peserta magang di Bengkel Fabrikasi LIP, Ance telah memperlihatkan potensi. �Karena itu ketika slot untuk asistenDraftsperson terbuka untuk kru LIP, kami memintanya untuk bergabung bersama tim kami. Dia memberikan hasil yang memuaskan, dan selalu tekun dan bertanggung jawab.�

Berawal dari keinginan untuk memberdayakan masyarakat lokal di wilayah sekitar daerah operasinya, PT Freeport Indonesia (PTFI) membangun Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN). Sekolah itu dikelola oleh Departemen Quality Management Services (QMS) PTFI.

Berdiri di lokasi seluas 6 ha di kawasan Light Industrial Park (LIP), Kuala Kencana, IPN seolah tersembunyi di antara belantara Papua. Padahal untuk menyiapkan tenaga-tenaga terampil dan kompeten di sektor pertambangan, sekolah ini dilengkapi dengan berbagai peralatan dan perlengkapan modern dan canggih.

IPN dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas kelas dunia, seperti sepuluh simulator untuk truk Caterpilar dan Western Star, tiga area simulasi tambang bawah tanah yang dilengkapi dengan fasilitas untuk hauling, loading, dumping, ventilasi dan jackleg. Staf pengajar terdiri dari lebih 300 instruktur yang terakreditasi secara internasional.

Sejak 2003, IPN telah melatih 425 mekanik alat berat, lebih dari 540 operator alat berat, lebih dari 500 pekerja tambang bawah tanah dan lebih dari 2900 pekerja magang.

IPN menjadi pelopor pengembangan standarisasi tes penilaian kerja di Papua, khususnya tes bakat dan kemampuan untuk pelatihan. Tes digunakan bagi pelamar dari tujuh suku yang tidak memiliki pendidikan formal memadai untuk mengukur kemampuan, bukan tingkat pendidikan.

Superintendent Technical Training PTFI, Agus Winarko, perusahaan memiliki misi untuk mengembangkan masyarakat lokal. �Pengembangan kami fokuskan pada 7 suku, masyarakat Papua lainnya dan non Papua yang lahir dan besar di tanah Papua dan punya kontribusi terhadap Papua.�

Dari tujuh suku tersebut, dua suku utama yang mendapat keistimewaan masuk IPN adalah suku Amungme dan Kamoro. Anak-anak muda dari kedua suku ini berhak mendaftarkan diri hanya berbekal ijazah Sekolah Dasar. Sisanya 5 suku kerabat yakni suku Dani, Damal, Moni, Me/Ekari, dan Nduga.

IPN memiliki sejumlah program pelatihan dan pendidikan, yaitu Program Pra-Magang, Program Pemagangan, Program Pendidikan Orang Dewasa, Program Master of Business Administration (MBA), Program Administrasi Niaga D-3 dan Program Pelatihan dan Pengembangan karyawan PTFI.



Program Pra-Magang adalah bagian dari kebijakan affirmative action PTFI dan dikhususkan bagi masyarakat anggota Tujuh Suku. Program ini dilaksanakan di IPN untuk membantu peserta mengembangkan pengetahuan dasar, ketrampilan dan sikap yang disyaratkan untuk bisa masuk ke Program Pemagangan. Program Pra-Magang adalah program pengembangan di luar tempat kerja (off job), yang dilaksanakan seluruhnya di IPN dengan kontrak berjangka waktu enam bulan.

Di IPN, peserta magang menjalani program pelatihan kejuruan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan seperti mekanik alat berat, operator dan pekerja tambang bawah tanah. �Karena kita pendidikan non formal, kita tidak mengeluarkan ijazah tapi sertifikat kompetensi. Tujuannya ketika mereka on job training nantinya kompetensi yang didapat dari pelatihan match dengan yang dibutuhkan di lapangan,� kata Agus.

Setiap peserta magang, lanjutnya, akan menjalani program pelatihan selama 3 tahun. Namun di sela program tersebut, mereka berhak mengikuti magang di unit/departemen di PTFI sesuai kebutuhan perusahaan. �Jika dalam on job training menunjukkan performa bagus dan departemen tertarik mempekerjakannya, itu silakan.�

Bukan hanya memberikan pelatihan kompetensi gratis, PTFI melalui IPN juga memberikan uang saku kepada peserta didiknya. Uang saku diberikan sesuai dengan tingkat kemahiran peserta didik saat menjalani pelatihan.�Uang saku per bulan mulai Rp 1, 275 juta, uang transportasi Rp 400 ribu. Rata-rata uang saku yang mereka terima Rp 2,5 juta. Namun uang saku ini tidak mengikat peserta didik untuk bekerja di PTFI. Kita memberinya tanpa ikatan dinas,� tegasnya.

Setelah menjalani program pelatihan, sambungnya, berbekal sertifikat IPN, peserta didik dapat melamar pekerjaan di perusahan selain PTFI. �Tapi kebanyakan mereka inginnya bekerja di PTFI.�

Pada awal didirikan tahun 2003, IPN melatih 500 orang dan terus bertambah hingga tahun ini dengan total hampir 4 ribu orang. Saat ini yang masih aktif sebagai apprentice sekitar 800 orang dan yang sudah ditransfer jadi karyawan PTFI dan kontraktor mencapai lebih dari 2 ribu orang.

By Chika Imut

Sumber

Demikianlah informasi yang dapat Info-Kita.net sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel Kisah Sukses Dari Institut Pertambangan Nemangkawi