Kemenangan Ganjar-Heru Berkat Efektivitas

Kemenangan Ganjar-Heru Berkat Efektivitas

Pasangan Ganjar-Heru dalam sebuah kampanye belum lama ini. Pengamat menilai kemenangan pasangan ini dalam Pilkada Jawa Tengah lebih disebabkan efektivitas mesin partai politik yaitu PDIP dan bukan karena kekuatan figur. (JIBI/SOLOPOS/Antara) Pasangan Ganjar-Heru dalam sebuah kampanye belum lama ini. Pengamat menilai kemenangan pasangan ini dalam Pilkada Jawa Tengah lebih disebabkan efektivitas mesin partai politik yaitu PDIP dan bukan karena kekuatan figur. (JIBI/SOLOPOS/Antara)
 Bagi pengamat politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono, kemenangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko menunjukkan afiliasi partai politik pada Pilgub di Jateng lebih dominan dibandingkan figur calon, jika dilihat dari pengalaman Pilgub Jateng 2008.
Pada Pilgub Jateng 2008, PDIP mengusung Bibit Waluyo-Rustriningsing dan menang. Kemenangan kembali diraup PDIP meskipun dengan figur lain yakni Ganjar. Bibit Waluyo juga kembali maju Pilgub tetapi menggunakan kendaraan lain koalisi Partai Demokrat, Golkar, dan PAN. Teguh melihat kemenangan Pilgub Jateng dipengaruhi oleh parpol. Meskipun calon lain justru diusung koalisi parpol, tetapi kekuatan PDIP lebih kuat. Kekuatan partai pada Pilgub, berbeda dengan Pemilu Presiden maupun Pemilu Legistlatif. Meskipun calon diusung partai koalisi, tetapi para kader atau mereka para calon anggota DPRD kerjanya tidak sekuat PDIP. “PDIP terlihat bekerja paling solid dibandingkan parpol pengusung yang lain. PDIP berjuang keras karena Jateng sebagai pertahanan terakhir menuju 2014. Pilgub Jateng bagian dari pertarungan gengsi setelah kekalahan di Jabar, Sumatera Utara, dan Bali, PDIP sepertinya tidak ingin kalah di Jateng,” katanya. Kemenangan Ganjar Pranowo bagi sebagian masyarakat, lanjut Teguh memang mengejutkan karena selama ini calon gubernur petahana Bibit Waluyo dinilai sangat kuat, tetapi hal tersebut dipatahkan dengan kemenangan PDIP. Hasil penghitungan cepat yang dilakukan PDIP, Ganjar-Heru secara umum unggul di seluruh Jateng kecuali di daerah pemilihan Kabupaten Demak, Jepara dan Kudus. Pasangan Ganjar-Heru meraih sekitar 54,25 persen, calon nomor urut dua Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo meraih 26,89 persen dan calon nomor urut satu Hadi Prabowo-Don Murdono meraih 18,86 persen. Bahkan di daerah pemilihan Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, dan Kebumen, Ganjar-Heru unggul hingga 63 persen. Penghitungan suara tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan dengan sistem sampling terhadap 10 tempat pemungutan suara di tiap kecamatan atau ada sekitar 5.000 TPS yang dijadikan sampel. Sementara hasil penghitungan sementara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah, pasangan cagub Hadi Prabowo-Don Murdono (nomor urut 1) memperoleh suara 21,16 persen, Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo (nomor urut 2) 30,59 persen, dan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko (nomor urut 3) unggul dengan 48,25 persen. Hasil penghitungan sementara tersebut diperoleh berdasarkan laporan ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di 67,25 persen tempat pemungutan suara (TPS) atau sekitar 40.000 TPS dari 61951 TPS yang ada. Minim Pelanggaran Teguh menilai kemenangan calon pada Pilgub Jateng 2013 murni karena kerja keras partai dan bukan karena serangan fajar atau politik uang menjelang pemungutan suara. Menurutnya jika politik uang dilakukan, maka dibutuhkan dana yang cukup besar dengan jumlah pemilih Jateng yang cukup banyak. Jumlah pemilih tetap Pilgub Jateng sebanyak 27.385.985 pemilih. “Kekuatan PDIP sangat kuat hingga tingkat akar atau TPS. Mungkin parpol lain juga mempunyai, tetapi tidak sekuat PDIP,” kata Teguh. Pernyataan Teguh Yuwono tersebut dikuatkan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jateng yang menyebutkan bahwa pada hari pelaksanaan Pilgub tidak ditemukan atau tidak ada laporan politik uang. Koordinator Divisi Pengawasan dan Humas Bawaslu Jawa Tengah Teguh Purnomo mengaku sejak malam menjelang pemungutan, dini hari serta menjelang pemungutan tidak ada laporan atau temuan politik uang dari Panwaslu Kabupaten dan Kota se-Jateng. Teguh menyebutkan pada hari pelaksanaan Pilgub Jateng hanya ada tujuh dugaan pelanggaran yang diterima Bawaslu atau jauh menurun dibandingkan pada saat tahapan setelah ditetapkannya pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jateng sampai masa tenang ada 172 dugaan pelanggaran. Menyusutnya jumlah pelanggaran tersebut karena Bawaslu beserta jajaran bersama masyarakat terus melakukan pengawasan dan ada tindakan tegas dalam menyikapi setiap pelanggaran. Tidak hanya menerima laporan atau menemukan pelanggaran, tetapi Bawaslu dan Panwaslu juga melakukan klarifikasi dengan banyak pihak dan merekomendasikan sanksi pada pihak tertentu.